Khutbah Jum'at 11/06/10

MENGAPA BULAN SYA’BAN SERING DISEBUT DENGAN “RUWAH”

ASSALAMU’ALAIKUM WR.WB.

AYYUHAL MUSLIMUN RAHIMAKUMULLAH,

ALHAMDULILLAH WAS SYUKRU LILLAH,

MARILAH KITA SENANTIASA BERUSAHA UNTUK MENSYUKURI SELURUH KEMIKMATAN YANG DIBERIKAN OLEH ALLAH SWT. TUBUH KITA MASIH DIBERI KEKUATAN SEHINGGA MEMBUAT FISIK KITA MAMPU BERJALAN KE MASJID UNTUK SHOLAT JUM’ATAN PADA SIANG HARI INI. RUHANI KITA MASIH DIPENUHI CAHAYA ALLAH SEHINGGA KITA MASIH MAMPU BERDZIKIR DAN BERFIKIR. RUANG SPIRITUAL KITA MASIH TETAP DIKARUNIAI NIKMAT IMAN DAN ISLAM SEHINGGA SELALU TERMOTIVASI UNTUK BERIMANAN, BERTAQWA DAN KHUSYU’ DI DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH SWT. KARENA HANYA DENGAN SYUKUR ALLAH AKAN MELIPATGANDAKAN NIKMAT2-NYA KEPADA HAMBANYA.

SHOLAWAT DAN SALAM SENANTIASA

HADIRIN JAMA’AH JUM’AT RAHIMAKUMULLAH

JUM’ATAN KITA PADA KESEMPATAN KALI INI, MASIH BERTEPATAN DENGAN BULAN SYA’BAN YANG DALAM TRADISI JAWA DISEBUT DENGAN BULAN RUWAH, YAITU BULAN PERSIAPAN UNTUK MEMASUKI BULAN RAMADHAN. OLEH KARENA ITU MARI KITA MANFAATKAN JUM’ATAN PADA SIANG HARI INI SEBAGAI MOMENT UNTUK INTROSPEKSI, MOMENT UNTUK SELALU MENINGKATKAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN KITA KEPADA ALLAH SWT. KARENA IMAN DAN TAQWA KEPADA ALLAH YANG SELALU MENINGKAT, MENJADI UKURAN KEMULIAAN SEORANG HAMBA DI HADAPAN ALLAH SWT.

HADIRIN JAMA’AH JUM’AT RAHIMAKUMULLAH

MENGAPA BULAN SYA’BAN SERING DISEBUT DENGAN BULAN RUWAH DALAM TRADISI JAWA. SEHINGGA PADA BULAN INI KITA MENGENAL ADANYA RITUAL RUWAHAN DALAM WUJUD ZIARAH KUBUR, BERSIH KUBUR DAN LAIN SEBAGAINYA? BENARKAH BULAN SYA’BAN SAMA DENGAN BULAN RUWAH? UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN INI ADA DUA HAL YANG PERLU DIBAHAS. YANG PERTAMA ADALAH SEJARAH PENAMAAN BULAN TERSEBUT. DAN YANG KEDUA ADALAH SISTEM PENANGALAN DALAM KALENDER HIJRIYAH DAN KALENDER JAWA.

BULAN SYA’BAN ADALAH BULAN KE DELAPAN DALAM SISTEM KALENDER HIJRIYAH. BULAN INI SUDAH DIKENAL SEJAK MASA ISLAM AWAL. ADA SEBUAH RIWAYAT MENGAPA BULAN SYA’BAN DINAMAKAN DENGAN SYA’’BAN

إنما سمي شعبان، لأنه يتشعب فيه خير كثير لصائم فيه حتى يدخل الجنة - الرافعي في تاريخه عن أنس - ( ح ) [ صحيح وضعيف الجامع الصغير - الألباني ] الكتاب : صحيح وضعيف الجامع الصغير وزيادته المؤلف : محمد ناصر الدين الألباني

KATA-KATA SYA’BAN SENDIRI BERASAL DARI KATA SYA’ABA,YASY’ABU SYA’BAN DAN SALAH SATU BENTUKANNYA ADALAH TASYA’ABA-YATASYA’ABU YANG BERARTI CABANG ATAU BERCABANG. BISA JADI KARENA BULAN INI DALAH BULAN SEBELUM RAMADHAN MAKA BULAN INI MENJADI SANGAT PENTING DAN STRATEGIS UNTUK MEMASUKI IBADAH PUASA, KARENA STRATEGISNYA INILAH DIBUKANYA BANYAK CAANG-CABANG JALAN KEBAIKAN BAGI ORANG MUKMIN.

BAHKAN RASULULLAH SERING MELAKSANAKAN PUASA SUNNAH PADA BULAN SYA’BAN INI DIBANDING PADA BULAN-BULAN YANG LAIN. KEBIASAAN PUASA RASULULLAH INI DISEBUTKAN DALAM SEBUAH RIWAYAT YANG MENYATAKAN:

شعبان بين رجب و شهر رمضان تغفل الناس عنه ترفع فيه أعمال العباد فأحب أن لا يرفع عملي إلا و أنا صائم ( هب ) عن أسامة . قال الشيخ الألباني : ( حسن ) انظر حديث رقم : 3711 في صحيح الجامع

SYA’BAN ADALAH BULAN DI ANTARA BULAN RAJAB DAN BULAN RAMADHAN, DI MANA BANYAK ORANG MELUPAKANNYA. DI BULAN INI SELURUH AMAL PERBUATAN HAMBA ALLAH DINAIKKAN (DILAPORKAN), MAKA AKU LEBIH SUKA AMALKU TIDAK DINAIKKAN KECUALI AKU BERPUASA. HADIS INI DINLAI HASAN OLEH IMAM AL-ALBANI DALAM KITABNYA SHOHIH AL-JAMI’ ALSHOGHIR.

NABI MENGISI BULAN SYA’BAN DENGAN SERING BERPUASA SUNNAH, BAHKAN HADIS DI ATAS SECARA EKSPLISIT MENEGASKAN BAHWA NABI LEBIH SUKA APABILA AMALAN KEBAIKAN BELIAU PADA BULAN SYA’BAN YANG DIPALORKAN KEPADA ALLAH ADALAH IBADAH PUASA. KARENA BERCABANGNYA JALAN KEBAIKAN BAGI ORANG YANG BERPUASA INILAH INLAH KENAPA BULAN SYA’BAN DISEBUT SYA’BAN DALAM TRADISI ISLAM SEJAK MASA RASULULLAH SAW. BAGAIMANA DENGAN BULAN RUWAH. NAMA BULAN RUWAH TIDAK BERASAL DARI TRADISI ISLAM RASUL DAN PARA SAHABAT. BULAN RUWAH BERASAL DARI TRADISI PERPADUAN ANTARA ISLAM DENGAN JAWA. PERPADUAN INI ADALAH SEBUAH PRESTASI DARI SULTAN AGUNG HANYOKROKUSUMO RAJA KETIGA KERAJAAN MATARAM ISLAM. IA MENERUSKAN STRATEGI WALISONGO TERUTAMA SUNAN KALIJAGA DALAM BERDAKWAH, YAITU ISLAMISASI JAWA, MAMASUKAN NILAI-NILAI ISLAM KE DALAM TRADISI JAWA. SEBELUM SULTAN AGUNG MEMADUKAN PENANGGALAN ISLAM DENGAN PENANGGALAN SAKA-JAWA, BULAN KE DELAPAN DALAM PENANGGALAN SAKA-JAWA ADALAH “PHALGUNA”, BUKAN RUWAH. NAMUN SULTAN AGUNG MENGGANTI BULAN KE DELAPAN TERSEBUT DENGAN SEBUTAN RUWAH. SEBENARNYA TIDAK HANYA BULAN KE DELAPAN SAJA YANG DIGANTI NAMANYA, DEMIKIAN JUGA DENGAN BULAN-BULAN YANG LAIN DIGANTI DENGAN NAMA-NAMA BULAN YANG SEBAGIAN DIKENAL DALAM TRADISI ISLAM. KATA RUWAH SENDIRI DALAM BEBERAPA SUMBER DISEBUTKAN BERASAL DARI KATA ARWAH. MENGAPA BULAN KE DELAPAN INI DISEBUT BULAN ARWAH ATAU RUWAH, HAL INI TIDAK LAIN KARENA KEYAKINAN ORANG JAWA BAHWA PADA BULAN INI ADALAH SAAT DIPISAHKANNYA RUH DARI JASADNYA. OLEH KARENA ITU MAKA ORANG JAWA MEMILIKI TRADISI TURUN TEMURUN MELAKUKAN ZIARAH KUBUR, BERSIH KUBUR DAN MENDOAKAN PARA ARWAH YANG TELAH MENDAHULUI MEREKA. ADA JUGA YANG MEMILIKI KEYAKINAN BAHWA PADA BULAN INI DITENTUKAN TAQDIR ALLAH UNTUK SETAHUN YANG AKAN DATANG SEHINGGA PADA BULAN INI ORANG-ORANG YANG BERKEYAKINAN DEMIKIAN MELAKUKAN NYADRAN DAN LAIN SEBAGAINYA. KEYAKINAN DAN TRADISI-TRADISI TERSEBUT TENTU TIDAK BERASAL DARI SEJARAH ISLAM RASUL DAN SAHABAT, TETAPI LEBIH SEBAGAI TRADISI LOKAL JAWA YANG MENGALAMI AKULTURASI DENGAN TRADISI ISLAM. DARI KETERANGAN DI ATAS TAMPAK BAHWA PENYEBUTAN BULAN SYA’BAN DENGAN RUWAH SEBENARNYA ADALAH LANGKAH TEKNIS YANG DILAKUKAN OLEH SULTAN AGUNG DALAM RANGKA ISLAMISASI JAWA. SYA’BAN BERASAL DARI TRADISI ISLAM RASUL SEDANGKAN RUWAH BERASAL DARI AKULTURASI TRADISI ISLAM DENGAN JAWA. DENGAN DEMIKIAN, SAMAKAH BULAN SYA’BAN DENGAN BULAN RUWAH? UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN INI, COBA KITA MELIHAT DENGAN PENDEKATAN ILMU HISAB. PERTAMA AWAL BULAN SYA’BAN DAN BULAN YANG LAIN DALAM KELENDER HIJRIYAH DITENTUKAN DENGAN POSISI HILAL DI ATAS UFUQ, SEHINGGA JUMLAH HARI DALAM SETIAP BULANNYA BELUM TENTU BERURUTAN 29,30,29,30 DST, SEHINGGA BULAN SYA’BAN TAHUN 1431 H INI BELUM BISA DIPASTIKAN JUMLAH HARINYA, APAKAH 30 ATAU 29 HARI. SEDANGKAN BULAN RUWAH DAN BULAN LAIN DALAM KALENDER JAWA-ISLAM SUDAH DITENTUKAN JUMLAH HARI UNTUK TIAP BULANNYA. DALALM KALENDER JAWA–ISLAM INI UNTUK BULAN-BULAN DALAM URUTAN GANJIL BERJUMLAH 30 HARI, SEDANGKAN BULAN NOMOR URUT GENAP BERJUMLAH 29 HARI. RUWAH BERADA PADA NOMOR URURT DELAPAN, INI BERARTI GENAP, SEHINGGA JUMLAH HARI PADA BULAN SYA’BAN ADALAH 29 HARI. DENGAN DEMIKIAN JUMLAH HARI PADA BULAN RUWAH PASTI 29 HARI, SEDANGKAN SYA’BAN BISA 29 HARI, BISA JUGA 30 HARI TERGANTUNG POSISI HILAL DI ATAS UFUK ATAU TERGANTUNG PADA VISIBILTAS HILAL. DALAM MENGAWALI BULAN SYA’BAN DAN JUGA BULAN RUWAH BISA TERJADI PERBEDAAN TANGGAL. APALAGI TAHUN YANG DIPAKAI. KALENDER HIJRIYAH MENJADIKAN PERISTIWA HIJRAHNYA NABI SEBAGAI TAHUN 1 HIJRIYAH. SEDANGKAN TAHUN DALAM KALENDER JAWA-ISLAM MENERUSKAN KALENDER SAKA-JAWA. SEHINGGA TARUHLAH SEKARANG INI ADALAH HARI JUM’AT TANGGAL 30 JULI 2010 M. DALAM KALENDER HIJRIYAH SEKARANG INI BERTEPATAN DENGAN TANGGAL 18 SYA’BAN TAHUN 1431 H. SEDANGKAN DALAM KALENDER JAWA BERTEPATAN DENGAN TANGGAL 18 RUWAH TAHUN 1943. KAUM MUSLIMIN, JAMA’AH JUMLAH RAHIMAKUMULLAH, APA YANG BISA KITA PETIK DARI KETERANGAN DI ATAS: 1) ISLAM ADALAH AGAMA YANG SHOLIHUN LIKULLI ZAMANIN WA MAKANIN. ISLAM ADALAH AGAMA YANG SELARAS, COCOK DAN SERASI UNTUK BERBAGAI MASA DAN TEMPAT YANG BERBEDA. 2) BELAJAR DARI PERJUANGAN PARA DA’I ISLAM PENDAHULU DARI DI TANAH JAWA, BAHWA AKULTURASI ADALAH SATU STRATEGI DAKWAH YANG FLEKSIBEL TANPA HARUS MENINGGALKAN PRINSIP-PRINSIP AJARAN DALAM RUKUN IMAN DAN RUKUN ISLAM. 3) BULAN SYA’BAN MENURUT AJARAN ISLAM ADALAH BULAN YANG DI DALAMNYA BERCABANG BANYAK JALAN KEBAIKAN BAGI UMAT ISLAM, KEBAIKAN INI BISA DALAM WUJUD MENDOAKAN ORANG TUA DAN SESPUH YANG TELAH MENINGGAL, ZIARAH KUBUR DAN LAIN-LAIN KHUSUSNYA KEBAIKAN BAGI ORANG YANG BERPUASA. 4) BULAN SY’ABAN DAN RUWAH ADALAH DUA BULAN DENGAN WAKTU YANG NYARIS BERSAMAAN, TETAPI BERBEDA DALAM TRADISI, SEJARAH DAN SISTEM PENANGGALANNYA. AYYUHAL HADHIRUN RHIMAKUMULLAH OLEH KARENA ITU MARILAH KITA SAMA-SAMA MENINGKATKAN KEWASPADAAN TERHADAP POTENSI KONFLIK DARI PERBEDAAN PEMAHAMAN DI ANTARA KITA, DI MANA PERBEDAAN ITU BUKANLAH PERBEDAAN YANG ESENSIAL, TETAPI HANYA PERBEDAAN TRADISI, PERBEDAAN KULTUR DAN BUDAYA YANG BERSIFAT AKSIDENTAL. DAN MARILAH KITA SEMUA SELALU MENINGKATKANKAN KESADARAN DIRI BAHWA DI BALIK PERBEDAAN TERSEBUT SELALU ADA HIKMAH. SEMUA ITU ADALAH RENCANA ALLAH UNTUK KITA SEMUA SEBAGAI UMAT ISLAM. MUDA-MUDAHAN KITA SEMUA DIBERI KEMAMPUAN OLEH ALLAH UNTUK SELALU BERBUAT ADIL DAN BERBUAT BAIK PADA DIRI KITA DAN ORANG LAIN SEBAGAIMANA YANG DIPERINTAHKAN OLEH ALLAH SWT. AMIN ALLHUMMA AMIN.

SHODAQALLAHUL ADHIM, BARAKALLAHU LII WALAKUM BILQUR’ANIL ADHIM, WANAFA’ANI WAIYYAKUM BIMAA FIHI MIN DZIKRIL HAKIM, WATAQABBALA MIINI WAMINKUM TILAWATHAHU INNAHU HUWA SAMI’UL ALIM.

KITA SANJUNGKAN KEPADA JUNJUNGAN KITA, RASULULLAH MUHAMMAD (SAW). DIALAH PENUTUP NABI DAN PARA RASUL DALAM MISI RAHMATAN LILALAMIN. MUDAH-MUDAHAN SHOLAWAT DAN SALAM TERSEBUT MELIMPAH KEMBALI KEPADA KITA SEMUA DALAM WUJUD SYAFA’ATNYA, PADA SAAT INI MAUPUN PADA HARI AKHIR NANTI. AMIN, ALLAHUMMA AMIN.